MAKALAH
MATA KULIAH MANAGEMEN PENDIDIKAN
“ KEPEMIMPINAN ”
Disusun
Oleh:
Nama : Ali Mustofa
NIM : 1102412087
Jurusan : Kurikulum & Teknologi
Pendidikan
Program
Studi : Teknologi Pendidikan (S1)
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
Gedung A3 Fakultas Ilmu Pendidikan,
Sekaran Gunungpati UNNES, Semarang 50229
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia dalam menjalani kehidupan
ini tidaklah bisa hidup sendiri tanpa berhubungan, baik itu secara personal
maupun dalam bentuk suatu wadah organisasi karena manusia merupakan mahluk
social yang tidak dapat hidup sendiri.
Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama ataupun dengan
lingkungan, yang di tunjukan dengan
Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok ataupun sebuah
organisasi tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati & menghargai, keteraturan hidup perlu selalu dijaga.
Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah mahluk Tuhan yang
paling mulia dibanding makhluk Tuhan yang di anugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia di tuntut untuk mamapu mengatur dan mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan
dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang masalah yang penulis uraikan, penulis memilih beberap permasalahan
yang akan di bahas. Permasalahan tsb antara lain :
1.
Mampu memahami makna dari sebuah
kepemimpinan?
2.
Apa dan bagaimana fungsi dari kepemimpinan?
3.
Mampu memahami teori – teori untuk
menjadi pemimpin yang baik?
4.
Bagaimanakah tipe-tipe kepemimpinan
yang baik?
5.
Bagaimanakah ciri-ciri untuk menjadi
pemimpinan yang baik?
6.
Bagaimanakah syarat-syarat untuk
menjadi pemimpin yang baik?
7.
Apa dan bagaimana dasar kepemimpinan
yang baik?
8.
Apa & bagaimana menjadi pemimpin
yang melayani?
9.
Apa & bagaimana menjadi pemimpin
sejati?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan karya tulis ini adalah
1.
Melatih mahasiswa menyusun sebuah
artikel atau makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas
mahasiswa.
2. Agar mahasiswa
lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan.
D.
Metode Penulisan
Penulisan kali ini, penulis menggunakan metode
kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan selain mengkaji dari
perpustakaan penulis juga melakukan pengamatan, pencarian melalui media
internet yang penulis sajikan dalam bentuk deskriptif karena hasil kajian dari berbagai sumber
penulis sajikan dalam bentuk uraian kalimat, Penulis menggunakan metode ini
karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari
bahan dan data – data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk
tugas makalah ini.
E.
Ruang Lingkup
Batas kajian
penulisan ini mencakup tentang seluk beluk kepemimpinan di karenakan Mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya
tulis ini terbatas pada pembahasan mengeai hal kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua
pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu:
Pertama, mempengaruhi perilaku orang lain. Kedua,
kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai
tujuan tertentu.
Dalam mengartikan
sebuah kepemimpinan setiap ahli mempunyai persepsi dan pendapat yang berbeda-beda. Beberapa
ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
1.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar
pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui
proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. (Tannenbaum,
Weschler, & Massarik, 1961:24)
2.
Menurut Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.
3.
Menurut Robert Tanembaum,
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
4.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin
pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah
orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari
berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
Sedangakn
menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya
Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri
Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Dari begitu
banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang
baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Sehingga mampu untuk
mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
B. Fungsi Kepemimpinan
1.
Pemimpin sebagai eksekutif ( executive
Leader)
Sering
kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan
kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan mengawasi tindakan
orang-orang yang menjadi bawahannya. Dan membuat keputusan-keputusan yang
kemudian memerintahkannya untuk dilaksanakan.
2.
Pemimpin sebagai penengah
Dalam
masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan
keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal dengan
pengadilan.
3.
Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai
propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini. Mereka bergerak
dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur
adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia
merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara.
4.
Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin
sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang,
berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit social dimana dia
bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana
terdapat fakta.
5.
Pemimpin diskusi
Tipe
pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan yang
demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang
yang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang
menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
C.
Teori-Teori
Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya
untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat
dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi
secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya
kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori
kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1.
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory
)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali
di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
a.
Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri
dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
2. Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang
mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
a. Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik
adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada
bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3. Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan
faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang
pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
4. Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat
diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya
kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan
sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya
kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan
dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti
dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya
kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
Ø Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Ø Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
Ø Demokrasi
Ditandai adanya
suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
Ø Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi
si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya
konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas.
Menurut Hersey
dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi
yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya
yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya
dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah:
1. Directing
Gaya tepat
apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda
berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan
apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
2. Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
3. Supporting
Sebuah gaya
dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
4. Delegating
Sebuah gaya
dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya
ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”.
Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus
menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah –
tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku
staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas
organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang
perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
1.
Kemampuan analitis (analytical skills)
yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam
melaksanakan tugas.
2.
Kemampuan untuk fleksibel (flexibility
atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan
yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
3.
Kemampuan berkomunikasi (communication
skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya
kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga
kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
D.
Tipe-tipe
Kepemimpinan
1.
Tipe
Otokratik
Dilihat
dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seorng yang sangat
egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjuukkan sikap yang menonjol
”keakuannya”, antara lain dalam bentuk:
Ø Kecenderungan
memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi,
seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat
mereka.
Ø Pengutamaan
orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan
pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
Ø Pengabaian
peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan adalah:
Ø Menuntut
ketaatan penuh dari bawahannya.
Ø Dalam
menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
Ø Bernada
keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
Ø Menggunakan
pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
2.
Tipe
Paternalistik
Tipe pemimpin
paternalistik hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat tradisional,
umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah
rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada
orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai
tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokohtokoh adat, para ulama dan
guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
3.
Tipe
Kharismatik
Tidak banyak hal
yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang criteria kepemimpinan yang
kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang
sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang
sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharisnatik adalah seseorang yang
dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidk selalu dapat
menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4.
Tipe Laissez
Faire
Pemimpin ini
berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancer dengan sendirinya
karena para anggota organisasi terdiri ari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin
dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin
tidak terlalu sering intervensi.
5. Tipe Demokratis
a.
Pemimpin yang demokratik biasanya
memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan
komponen organisasi.
b.
Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi
harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam
tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya
tujuan.
c.
Melihat kecenderungan adanya pembagian
peranan sesuai dengan tingkatnya.
d.
Memperlakukan manusia dengan cara yang
manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
E.
Ciri-Ciri
Kepemimpinan
Banyak ciri-ciri pemimpin dan
kepemimpinan yang ditampilkan oleh para pakar yang meliputi ciri-ciri fisik,
ciri-ciri intelektual, dan ciri-ciri kepribadian. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Persepsi
Sosial
Persepsi
sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan,
sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Kecakapan ini sangat dibutuhkan
untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama diperlukkan
oleh seorang pemimpin untuk dapat melaksanakan tugasnya dalam memberikan
pandangan dan patokkan yang menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam dan diluar
kelompok.
2. Kemampuan
berpikir abstrak
Kemampuan
berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahw seseorang mempunyai kecerdasan
yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari
struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat
menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan
umum diluar kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok. Ini berarti bahwa
ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingi oleh kemampuan abstrak
dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial didalam dan diluar kelompok.
Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi pada seorang
pemimpin yang harus diarahkan oleh persepsi sosial yang telah diterangkan diatas.
3. Keseimbangan
emosional
Merupakan faktor paling penting dalam
kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan
emoional yang cberdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian
kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang harmonis. Dan ini bukanlah suatu
kepribadian harmoni yang beku dan statis, melainkan suatu harmoni dalam
ketegangan-ketegangan emosional, suatu keseimbangan yang dinamis, yang dapat
bergerak kemana-mana, tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. Kematangan
emosional ini diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan
keinginan dan cita-cita anggota kelompok dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinan
dengan sukses.
F.
Syarat-Syarat
Kepemimpinan
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
seorang yang tergolong sebagai pemimpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya
yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan dan
karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.
Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus
dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri
kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat
antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai
berikut :
Memiliki inteligensi yang tinggi dan
pendidikan umum yang luas
1. Bersifat
ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
2. Berwibawa
dan memiliki daya tarik
3. Sehat
jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
4. Kemampuan
analistis
5. Memiliki
daya ingat yang kuat
6. Mempunyai
kapasitas integratif
7. Keterampilan
berkomunikasi
8. Keterampilan
mendidik
9. Personalitas
dan objektivitas
10. Jujur
(terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)
G.
Dasar
Dari Kepemimpinan Efektif
1. Penentuan
tujuan.
Seorang
pemimpin harus memastikan dari awal bahwa semua anggota teamnya memahami maksud
dan tujuan organisasi. Apa visi dan misi organisasi harus sudah
terinternalisasi di diri masing-masing anggota. Inilah salah satu alasan kenapa
banyak di dinding-dinding kantor perusahaan kita jumpai figura bertuliskan
Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu perusahaan tersebut. Karena top management menginginkan
semua yang terlibat di organisasinya tahu arah dan tujuan organisasinya. Team
tidak akan kehilangan arah dalam memacu roda organisasi dengan adanya fase
penentuan tujuan ini di awal. Inilah fase mendasar dalam organisasi, dan
pemimpin efektif terbiasa melaksanakannya.
2. Komunikasi
Semua
kebijakan, keputusan, informasi atau berita apapun yang dibuat oleh top
management terkait kebaikan perusahaan harus dikomunikasikan dengan baik kepada
semua anggota team. Banyak media yang bisa digunakan untuk menyampaikannya.
Pemimpin biasa dalam mengomunikasikan sesuatu kepada teamnya tentu sudah
terbiasa menggunakan media email, notes, memo dinas, chat-group, atau internal
communication tools lainnya.
Dan
bagi pemimpin efektif, media-media itu saja tidak cukup. Ada banyak alasan dari
pemimpin efektif, kenapa media itu saja tidak cukup. Salah satunya adalah,
tidak semua karyawan dalam teamnya mau membaca. Membaca pun, belum tentu semua
mendapat pemahaman yang sama. Karena itu pemimpin efektif akan membuat cara
komunikasi yang lebih ‘intim’. Man-to-man communication. Dia akan temui
langsung teamnya, dan memastikan setiap anggota teamnya memahami apa yang
dikomunikasikannya tersebut.
3. Kepercayaan.
Komunikasi
yang efektif didasari dengan adanya saling percaya antara pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi tersebut; dalam hal ini antara leader dengan
bawahannya. Penentuan arah tujuan organisasi sudah dibuat, kemudian
dikomunikasikan dan komunikasinya dibangun di atas kepercayaan. Bagaimana
mungkin bawahan bisa menerima dan mengikuti instruksi atasan bila bawahannya
tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini sangat dipahami oleh pemimpin
efektif.
4. Akuntabilitas
(Pertanggungjawaban)
Dasar
keempat adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Banyak pemimpin yang
akhirnya gagal menjalankan beberapa proyek karena melalaikan dasar ini. Hal ini
tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang bersalah atas kegagalan organisasi,
tapi ditujukan untuk menuntut pertanggungjawaban dari semua orang yang terlibat
dalam organisasi tersebut. Prinsip ini memunculkan kaidah check-list;
monitoring.
H.
Pemimpin
yang Melayani
Makna
kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang
menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya
dilayani. Namun yang sebenarnya adala bagaimana seorang pemimpin itu mampu
melayani bawahan atau yang di pimpinnya, namun di lain sisi bukan semua
pelayanan yang di tanggungkan kepada pemimpin. Demikian adalah bagaiman untuk
menjadi kepemimpinan yang melayani:
1.
Karakter
Kepemimpinan
Hati Yang
Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani memiliki
kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public
atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang
dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public
atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan
diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu
dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
2.
Metode
Kepemimpinan
Kepala Yang
Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif.
Ada 3 hal
penting dalam metode kepemimpinan yang mampu untuk menjadikan pola kepemimpinan
yang baik , yaitu :
a.
Kepemimpinan
yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya
atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai
keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Visi
yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu
memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara
sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang
dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas.
b.
Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan,
kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu
aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun
tantangan yang dihadapi.
c.
Seorang pemimpin yang efektif adalah
seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya
(performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi,
mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk
rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb),
melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta
mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
3.
Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode
kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang
pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
a. Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
b. Pemimpin focus pada hal – hal
spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan
kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang
dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia
lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
c. Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa
menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan
dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca
Firman Tuhan ).
I.
Kepemimpinan Sejati
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan
lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi internal
dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan
sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat
atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan
merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi
dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi
lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Pemimpin
sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer. Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait
dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
a.
Q
berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ
yang cukup tinggi.
b.
Q
leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek
visioner maupun aspek manajerial.
c.
Q
leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa
Mandarin yang berarti kehidupan).
d.
Q
keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang
yang sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin
yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar
Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi
dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang
pemimpin.
J.
Hambatan dalam kepemimpinan
a.
Fakor internal
Kurangnya
motivasi dari pemimpin itu sendir, emosi yang tidak stabil, tidak
percata diri, takut dalam mengambil
resiko, terbatasnya kecakapan pemimpin.
b. Fakor
eksternal
Tidak adanya dukungan dari orang terdekat, tidak adanya
dukungan dari bawahan, terlalu banyak tekanan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua
pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu: Pertama,
mempengaruhi perilaku orang lain dan Kedua, kepemimpinan harus diarahkan agar
orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
kepemimpinan
serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk
menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak
faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
pengertian
kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut.
Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh
para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk
memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang
dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan
suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan
adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh
karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan,sehingga
orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin
mereka
B. Saran
Suatu saran yang
Sangat
diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk, di asah, dan dikembangkan. Untuk bisa
mempimpin dan membawa perubahan Paling tidak untuk memimpin dan memberi
perubahan pada diri sendiri sehingga menjadi insan yang lebih baik.
Suatu yang
sangat di butuhkan di negeri indonesia ini adalah sesosk pemimpin yang mampu
mengemban amanah sebagai mana pemimpin yang baik dan istimewa untuk memberi
perubahan dalam tubuh indonesia ini, Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang
sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin pengikutnya dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin. Hal
ini bukan hanya di implementsikan dalam kepemimpinan dalam tubuh indonesia tapi
akan lebih istmewa lagi dapat di terapkan dalam setiap managemen baik itu
managemen negara, pendidikan, dan managemen diri. Shingga benar-benar akan
menjadi sesosok indonesia yang berpendidikan seutuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar